Jumat, 14 Agustus 2015

Dari Aku, yang Tidak Pernah Bisa Memiliki Namun Tetap Menyimpan Perasaan Padamu

 �Sekarang aku tahu kenapa orang-orang berkata bahwa air mata seorang pria mahal harganya.�

Aku ingin bertanya pada dunia, ketika mereka berkata bahwa perbedaan itu sangat indah, perbedaan diperlukan untuk saling melengkapi, perbedaan itu membuat duniamu lebih berwarna, mengapa hal itu tidak berlaku untuk diriku?

Kalau perbedaan itu memang sangat indah, disediakan Tuhan untuk kita berdua, namun kenapa sekarang tanganku hanya menggenggam angin kosong?
Kalau perbedaan itu ada untuk saling melengkapi, kenapa hal tersebut malah memperlebar jarak kita berdua?
Kalau perbedaan ada untuk membuat dunia lebih berwarna, kutegaskan padamu bahwa duniaku kini kelabu.

Masih ingatkah kamu saat pertama kali Tuhan mempertemukan kita? Ketika perbedaan menjadi pijakan yang membuat kita semakin tertarik satu sama lain? Perasaan itu tiba-tiba tumbuh tanpa kusadari dan jujur, aku takut kehilanganmu setelah nyaman menghabiskan hari-hari bersamamu. Mungkin kenyamanan itu yang membuatku kehilanganmu, mungkin aku terlalu lama mendekam di sana hingga tidak sadar, suatu saat aku akan melihat punggungmu dan tidak akan pernah kembali menatap wajahmu.

Lagi-lagi, aku menyalahkan perbedaan. Pada awalnya kita menghadapi perbedaan dengan hal bernama toleransi. Berjanji akan berjuang mempertahankan hubungan ini hingga kita berdua tak mampu menanggungnya lagi. Tapi, kini kita berdua harus hancur karena perbedaan itu. Aku tidak sadar bahwa kamu lelah berlari, ketika semangatku masih menggebu-gebu untuk berjuang mengarungi perbedaan kita.

Apakah aku salah bila aku menyalahkan kita yang begitu berbeda? Aku tidak berharap waktu dapat kuputar kembali karena memang hal tersebut mustahil dilakukan. Kalaupun orang-orang berharap seperti itu, mereka hanya ingin mengulang manisnya kenangan bersama orang terkasihnya. Dulu. Aku tidak ingin mengulangi hal-hal manis bersamamu karena aku tahu, kamu juga akan menanggung sakit yang sama. Lagi. 

Saat pertama kali bertemu denganmu, jujur saja aku sadar kita tidak bisa bersama. Masih ingatkah, kamu yang meyakinkanku bahwa kita layak memperjuangkan hubungan ini bersama. Tapi ternyata, kita berdua terus tergores dan terluka ketika berlari. Mungkin aku kuat menahan sakitnya, tapi sayangnya ternyata kamu sudah tak mampu. Jadi, kini aku akan merelakan diriku melihat punggungmu dan melihatmu menjauh dariku. Melihat ada lelaki lain yang akan menggenggam tanganmu. Melihat ada lelaki lain yang jadi ksatriamu. Melihat lelaki lain akan membuatmu tersenyum, seperti yang kulakukan dulu. Setiap hari.

Tidak akan ada lelaki lain yang akan mencintaimu seperti aku mencintaimu. Tapi aku percaya, pasti ada lelaki lain yang akan mampu membuatmu spesial dan berharga sebagai seorang perempuan. Ada lelaki lain yang akan menjadi tempatmu berteduh saat dibutuhkan. Akan ada lelaki yang akan menyediakan pundaknya ketika air matamu tidak bisa berhenti mengalir. Akan ada lelaki yang pasti kuat berjuang denganmu, mungkin menggendongmu ketika kamu lelah berlari. Bukan seperti diriku yang menyalahkan perbedaan, perbedaan yang terlalu besar.

Kamu akan selalu ada di sana, di pojok hatiku yang terdalam, karena kamu terlalu berharga untuk dilupakan. Bahkan otak dan hati ini sepakat tidak ingin menghapusmu dari hidupku. Kini saatnya aku mengucapkan kata yang tidak ingin kuucapkan sejak aku sadar telah jatuh hati padamu. Dua kata yang kukunci dan kubuang jauh-jauh saat canda dan tawa masih jadi harta kita berdua.
Selamat tinggal.

Satu hal yang tidak kuingini saat kita berjumpa, aku tidak ingin melihat bekas luka yang kembali terbuka di matamu. Aku ingin kamu bahagia, walaupun bukan aku lagi yang membuatmu bahagia. Aku ingin kamu menghargai kebersamaan kita sebagai sebuah pelajaran berharga. Karena cinta itu tidak egois, ada kalanya satu pihak harus rela mundur karena pihak lain sudah tidak kuat berjuang. Biar kali ini aku yang mundur dan merelakanmu pergi.

Aku akan selalu di sini, aku yang tidak akan pernah bisa memiliki namun tetap menyimpan perasaan padamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar